GALERI KU HAL YANG MEMBUATKU SANGAT SENANG KETIKA DIWAKTU LUANG MENGENANG MASA SEKOLAH
Widget Animasi

Kamis, 20 Februari 2020

Makalah Teori Akuntansi : Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan


MAKALAH
TEORI AKUNTANSI
NERACA DAN CATATAN LAPORAN KEUANGAN



DISUSUN OLEH : KELOMPOK I
1. MAWADDA TURAHMA (1710091510657)
2. RAHMAWATI OCTAFIA (1710091510677)

S1 AKUNTANSI V/A
DOSEN PEMBIMBING: HELMIATI, SE, M, Ak

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) - BANGKINANG
BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, puja dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas semua limpahan nikmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak diteladani.
Makalah ini dibuat dalam rangka mengikuti Program Pembelajaran Teori Akuntansi mengenai Neraca dan Catatan Laporan Keuangan.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat makalah ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik dan tepat pada waktunya, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Helmiati, SE, M. Ak selaku Dosen Pengajar.
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.

Bangkinang Kota, 12 Oktober 2019

PENULIS

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 3
1.1 LATAR BELAKANG............................................................................ 3
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................ 3
1.3 TUJUAN PENULISAN......................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 5
2.1 KEGUNAAN (ANALISIS) NERACA................................................... 5
2.2 KETERBATASAN NERACA................................................................ 7
2.3 KOMPONEN NERACA....................................................................... 10
BAB III PENUTUP......................................................................................... 13
3.1 KESIMPULAN...................................................................................... 13
3.2 SARAN.................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
Dalam sebuah perusahaan atau lembaga keuangan, laporan keuangan merupakan suatu komponen yang paling penting dalam menjalankan kegiatannya, salah satunya adalah laporan neraca, dengan membuat neraca perusahaan dapat membuat laporan laba rugi dan perubahan modal. Karena begitu pentingnya maka dalam menyusun neraca harus teliti dalam memasukkan dan memperkirakan akun-akun yang ada. Oleh karena itu, pada kesempatan ini akan dibahas mengenai kegunaan/analisis neraca, keterbatasannya serta komponen-komponen neraca.
1.2     Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan diatas, maka dapat diambil rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.    Kegunaan (Analisis) Neraca
2.    Keterbatasan Neraca
3.    Komponen Neraca
1.3     Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut :
1.        Untuk memaparkan mengenai kegunaan neraca
2.        Untuk memaparkan mengenai keterbatasan neraca
3.        Untuk memaparkan tentang apa saja yang menjadi komponen neraca
4.        Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku Mahasiswa Jurusan Akuntansi STIE Bangkinang.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Kegunaan (Analisis) Neraca
Neraca (balance sheet) melaporkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham pada suatu tanggal tertentu. Kalau laporan laporan laba rugi menggambarkan kinerja perusahaan, maka neraca menggambarkan posisi keuangan. Dengan menyediakan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemegang saham, neraca dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengevaluasi tingkat likuiditas, struktur modal, dan efisiensi perusahaan, serta menghitung tingkat pengembalian aktiva atas laba bersih.
Hubungan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dapat digunakan untuk mengevaluasi tingkat likuiditas perusahaan. Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Indikator yang paling sering digunakan dalam mengukur likuiditas perusahaan adalah current ratio, yang dihitung dengan cara membagi total aktiva lancar dengan total kewajiban lancar. Evaluasi yang tepat atas tingkat likuiditas perusahaan meliputi perbandingan antara besarnya current ratio untuk periode berjalan dengan current ratio periode sebelumnya, dan juga membandingkan antara current ratio perusahaan dengan current ratio perusahaan lain yang berada dalam industri yang sama. Persyaratan current ratio minimum sering kali diperlukan dalam kontrak perjanjian utang. Jika besarnya current ratio berada di bawah tingkat tertentu yang disyaratkan, maka dapat berakibat pada batalnya pinjaman dan atau memerlukan pembayaran kembali pinjaman dengan segera. Dengan adanya batasan dalam current ratio minimum, seringkali membuat atau memaksa debitur untuk selalu berusaha mempertahankan tingkat likuiditasnya. Ini dilakukan tidak lain adalah untuk memberikan kepastian atau jaminan kepada kreditur bahwa pinjaman tersebut akan dibayarkan kembali (dilunasi) pada saat jatuh tempo.
Secara historis, perusahaan yang memiliki current ratio di bawah 2,0 menggambarkan bahwa perusahaan tersebut kemungkinan memiliki masalah likuiditas. Namun dalam praktek saat ini, perusahaan yang sukses bahkan seringkali memiliki current ratio kurang dari 1,0. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi informasi, perusahaan akan mengurangi kebutuhan untuk memegang uang kas dalam jumlah besar, dan tidak menumpuk persediaan barang dagangannya di gudang. Perusahaan besar justru akan lebih cenderung memanfaatkan kelebihan uang kasnya yang tidak terpakai dengan cara melakukan ekspansi bisnis, pembukaan kantor cabang baru, memperbanyak aktiva produktif, dan lain sebagainya. Demikian juga, dalam rangka efisiensi biaya, perusahaan biasanya akan lebih memilih untuk membeli persediaan barang dagangan pada saat dibutuhkan, daripada menumpuk barang di gudang. Hal ini akan mungkin dilakukan apabila adanya hubungan yang baik serta kepastian kontrak yang jelas antara perusahaan dengan pemasok mengenai jumlah kebutuhan dan tata laksana pemesanan barang. Manajemen kas yang baik dan penerapan sistem persediaan just-in-time (tepat-waktu) dapat memperkecil jumlah aktiva lancar. Di samping itu, dengan sistem persiapan just-in-time ini (membeli persediaan barang dagangan pada saat dibutuhkan) akan membuat perusahaan menjadi hemat, karena tidak perlu lagi mengeluarkan biaya besar untuk kepentingan penyimpanan barang.
Rasio lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah quick ratio, yang dikenal juga sebagai acid-test rasio.  Rasio ini dihitung dengan cara membagi quick assets (yang berupa kas, sekuritas investasi, dan piutang bersih) dengan total kewajiban lancar.  Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang dapat dikonversi
menjadi kas tanpa mengalami kesulitan. Kreditur (bankir atau supplier) biasanya akan memberikan pinjaman atau kredit kepada perusahaan yang memiliki current ratio dan quick ratio yang tinggi.
Di sisi lain, ingat kembali bahwa mempertahankan current ratio yang tinggi secara berkelanjutan akan berdampak pada penggunaan sumber daya perusahaan yang tidak efisien. Memiliki kelebihan sekuritas investasi memang akan meningkatkan current ratio dan quick ratio perusahaan sehingga membuat yakin kreditur, akan tetapi sumber daya yang digunakan untuk membeli kelebihan sekuritas ini mungkin akan lebih baik jika digunakan untuk membeli aktiva produktif, melunasi pinjaman, dan sebagainya.
Membandingkan jumlah kewajiban dengan jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan sejauh mana dana yang dipinjam telah digunakan untuk membeli aktiva. Rasio yang membandingkan total kewajiban dengan total aktiva dinamakan debt ratio. Rasio ini juga seringkali digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh kewajibannya. Semakin tinggi debt ratio maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak dapat melunasi kewajibannya. Ketentuan umumnya adalah bahwa perusahaan seharusnya memiliki debt ratio kurang dari 0,5 namun perlu diingat bahwa ketentuan ini dapat bervariasi tergantung pada masing-masing jenis industri.
Neraca dapat juga digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi seberapa efisien aktiva perusahaan telah digunakan dalam menciptakan pendapatan atau penjualan. Rasio keuangan yang mengukur efisiensi perusahaan secara keseluruhan ini dinamakan asset turn over ratio. Rasio ini dihitung dengan cara membagi pendapatan atau penjualan dengan total aktiva. Jika perusahaan memiliki asset turnover ratio sebesar 2,0 maka berarti bahwa setiap satu rupiah dari aktiva mampu menghasilkan atau menciptakan Rp. 2,- dalam pendapatan atau penjualan. Semakin tinggi asset turnover ratio, maka semakin efisien perusahaan menggunakan aktivanya dalam menciptakan pendapatan atau penjualan.
Yang terakhir, informasi yang terkandung dalam neraca juga dapat dijadikan sebagai dasar untuk menghitung besarnya tingkat pengembalian aktiva atas laba bersih. Informasi ini sesungguhnya memberikan gambaran kepada pemakai laporan keuangan mengenai tingkat profitabilitas perusahaan secara keseluruhan. Rasio keuangan yang sering digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan secara keseluruhan adalah return on assets. Perusahaan membeli aktiva dengan maksud untuk menggunakannya dalam menghasilkan keuntungan (laba). Return on assets dihitung dengan cara membagi laba bersih dengan total aktiva. Jika perusahaan memiliki return on assets sebesar 10%, maka berarti bahwa setiap satu rupiah dari aktiva mampu menghasilkan atau menciptakan Rp. 0,1 dalam laba bersih.

2.2     Keterbatasan Neraca
Neraca harus dapat secara memadai dan akurat mencerminkan aktiva dan kewajiban perusahaan. Pengguna laporan keuangan seharusnya dapat memanfaatkan neraca untuk memperoleh gambaran yang cukup mengenai suatu perusahaan. Namun pada kenyataannya banyak sekali keterbatasan-keterbatasan yang terkandung dalam neraca, diantaranya adalah kecenderungan untuk mengabaikan efek inflasi, tidak mencerminkan nilai perusahaan saat ini (current value of entity), tidak mengungkap seluruh aktiva dan kewajiban perusahaan, serta kurangnya memiliki daya banding.
Biaya historis yang dilaporkan dalam neraca tidak pernah disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam daya beli (purchasing power) dari unit yang diukur. Hasilnya adalah neraca yang mencerminkan aktiva, kewajiban, dan ekuitas dalam satuan unit daya beli yang tidak sama. Variasi daya beli atas jumlah-jumlah yang dilaporkan dalam neraca ini telah membuat perbandingan diantara perusahaan, dan bahkan dalam satu perusahaan yang sama menjadi kurang bermakna.
Konsep biaya historis atau historical cost accounting yang diterapkan dalam neraca telah menjadikan efek inflasi diabaikan, sesuai dengan asumsi stable monetary unit, di mana daya beli dianggap konstan. Karena banyak aktiva yang dilaporkan dalam neraca sebesar biaya historis, dimana biasanya biaya historis ini nilainya relatif lebih kecil dibanding nilai pasarnya, maka neraca pada umumnya tidak dapat menggambarkan nilai perusahaan atau kondisi kekayaan perusahaan yang sebenarnya pada saat ini.
Ketidakmampuan untuk mengakui seluruh aktiva dalam neraca telah menghasilkan neraca yang hanya menunjukkan sedikit posisi keuangan yang sebenarnya. Banyak intangible economic assets, seperti reputasi produk atau jasa unggulan tidak diakui dalam neraca, karena tidak dapat diukur dalam satuan unit moneter. Sebagai contoh, sebuah perusahaan manufaktur obat yang sangat besar seperti Merck, yang tidak menunjukkan adanya aktiva yang terkait dengan terobosan (inovasi) atas produk baru mereka dalam neracanya. Selain itu, kehebatan dan peningkatan yang luar biasa dari nilai merek dagang (trade mark) Coca Cola juga tidak tercermin sebagai aktiva dalam laporan keuangan (neraca) periodik mereka. Belum lagi kekayaan intelektual (intellectual property) yang tidak dicatat sebagai aktiva di neraca, contohnya adalah yang terjadi pada perusahaan software yang besar seperti Microsoft, dimana perusahaan ini sahamnya bernilai milyaran dolar namun dengan tampilan isi neraca yang membuat mereka seolah-olah tampak terlihat seperti perusahaan yang jauh lebih kecil  dari kondisi yang sebenarnya. Aktiva-aktiva yang sangat penting tadi (memiliki nilai yang sangat signifikan) tidak akan pernah dijumpai dalam neraca mereka, apalagi yang namanya human assets (seperti dalam kesebelasan sepak bola atau liga bola basket)

Satu dari keterbatasan neraca lainnya adalah meningkatnya penggunaan off-balance-sheet financing. Hal ini juga merupakan masalah bagi profesi akuntansi yang dihadapi pada saat ini, di mana perusahaan pada umumnya enggan untuk mengungkap seluruh kewajibannya dengan maksud untuk membuat posisi keuangan mereka seolah-olah tampak lebih kuat (lebih baik). Secara tradisional, leasing telah menjadi salah satu dari kebanyakan bentuk off-balance-sheet financing lainnya.
Keterbatasan lainnya dari neraca adalah terkait dengan kebutuhan daya banding, yaitu bahwa seluruh perusahaan tidak mengklasifikasikan dan melaporkan seluruh item yang sama dengan cara yang sama. Sebagai contoh, nama dan klasifikasi akun yang berbeda;  beberapa perusahaan memberikan lebih terperinci dari pada yang lainnya; dan beberapa perusahaan dengan transaksi yang sama melaporkan secara berbeda. Perbedaan ini telah membuat perbandingan menjadi sulit dan mengurangi nilai potensi dari analisis neraca.
Untuk kebutuhan akuntansi (pelaporan keuangan) di masa mendatang mungkin perlu dipikirkan cara baru agar supaya apa yang dilaporkan dalam neraca dapat menjadi lebih relevan atau dapat memberikan gambaran mengenai nilai perusahaan yang sesungguhnya. Profesi akuntansi perlu memikirkan teknik pengakuan dan pengukuran atas soft assets ini, di samping kebutuhan akan pengungkapan (disclosures) yang memadai, termasuk tindakan antisipasi terhadap penggunaan off-balance-sheet financing.





2.3     Komponen Neraca
Tiga komponen neraca adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas (modal).
Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang diperoleh atau dikendalikan oleh entitas sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
Utang adalah pengorbanan atas manfaat ekonomi yang mungkin terjadi di masa depan, yang timbul dari kewajiban entitas pada saat ini, untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di masa depan sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa di masa lalu.
Ekuitas adalah kepemilikan atau kepentingan residu dalam aktiva entitas, yang masih tersisa setelah dikurangi dengan kewajibannya.
Berdasarkan definisi di atas, berikut adalah beberapa penjelasan yang terkait dengan aktiva, utang, dan ekuitas :
§  Mungkin terjadi
Akuntansi adalah bukan ilmu pasti dan kegiatan bisnis yang dijalankan oleh perusahaan selalu diliputi oleh ketidakpastian.
§  Manfaat ekonomi di masa depan.
Walaupun neraca meringkas hasil dari transaksi dan peristiwa masa lalu, tetapi tujuannya tidak lain adalah untuk membantu memprediksi masa depan.
§  Diperoleh atau dikendalikan.
Akuntan memiliki ungkapan "substansi mengungguli bentuk", yang berarti bahwa laporan keuangan yang seharusnya mencerminkan substansi ekonomi yang mendasarinya, bukan pada bentuk hukumnya. Jika perusahaan secara ekonomi mengendalikan manfaat ekonomi di masa depan dari suatu item, maka item tersebut akan dikualifikasi sebagai aktiva, baik apakah dimiliki atau tidak secara hukum.
Jadi, meskipun sebuah aktiva secara hukum dikatakan telah dijual, namun apabila secara fisik masih dipergunakan manfaatnya oleh perusahaan, maka aktiva tersebut tetap akan masuk (diperhitungkan) dalam neraca perusahaan sebagai aktiva.
§  Menyerahkan aktiva atau memberikan jasa
Kebanyakan utang melibatkan kewajiban untuk menyerahkan aktiva di masa mendatang. Akan tetapi, kewajiban untuk memberikan jasa adalah juga termasuk utang. Contohnya adalah pendapatan yang diterima di muka atas pembayaran uang sekolah (tuition fee).
§  Transaksi atau peristiwa di masa lalu.
Aktiva dan utang timbul dari transaksi atau peristiwa yang terjadi terjadi.
Aktiva meliputi pos-pos atau item-item keuangan seperti kas, piutang, dan investasi dalam instrumen keuangan. Aktiva juga meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang. Sebagai contoh, pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan untuk membeli persediaan, peralatan, dan paten, yang diperkirakan akan membantu menciptakan pendapatan di periode mendatang. Kebanyakan aktiva diukur dengan menggunakan biaya historis. Utang meliputi kewajiban-kewajiban dengan jumlah yang dinyatakan dalam satuan unit moneter yang tepat, seperti utang usaha dan utang jangka panjang. Jumlah kewajiban lainnya harus diestimasi berdasarkan pada perkiraan mengenai peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Jenis kewajiban ini meliputi jaminan produk dan kewajiban pensiun.
Jumlah total kewajiban mengukur jumlah aktiva perusahaan yang menjadi milik atau tuntutan kreditur. Sedangkan jumlah total ekuitas mengukur jumlah aktiva perusahaan yang masih tersisa (setelah klaim
kreditur) dan menjadi hak atau tuntutan pemilik perusahaan. Ekuitas merupakan aktiva bersih perusahaan, yaitu selisih antara total aktiva dengan total kewajiban. Ekuitas timbul dari setoran atau investasi pemilik, dan akan bertambah dengan adanya laba bersih, serta berkurang dengan adanya rugi bersih dan distribusi kepada pemilik (prive atau deviden).
Hubungan antara aktiva, utang, dan ekuitas dapat dirumuskan ke dalam sebuah persamaan akuntansi (accounting aquation) sebagai berikut:
Assets = Liabilities + Equity
Rumusan persamaan akuntansi di atas sifatnya baku (mutlak), di mana kewajiban (liabilities) harus ditempatkan terlebih dahulu sebelum ekuitas (equity), ini mengandung makna bahwa kreditur memiliki hak yang pertama atas aktiva perusahaan, setelah itu sisa aktiva yang masih ada barulah merupakan hak pemilik dana/pemegang saham.











BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Di dalam akuntansi keuanganneraca atau laporan posisi keuangan adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. Neraca terdiri dari tiga unsur, yaitu asetliabilitas, dan ekuitas yang dihubungkan dengan persamaan akuntansi berikut:
Informasi yang dapat disajikan di neraca antara lain posisi sumber kekayaan entitas dan sumber pembiayaan untuk memperoleh kekayaan entitas tersebut dalam suatu periode akuntansi (triwulanancaturwulanan, atau tahunan).
3.2     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.






DAFTAR PUSTAKA
Hery. 2017. “Teori Akuntansi : Pendekatan Konsep dan Analisis”. Jakarta : PT Grasindo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar