MAKALAH
AUDIT EKSTERNAL
“STRATEGI AUDIT DAN PROGRAM AUDIT SECARA KESELURUHAN”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
1. MAWADDA TURAHMA
(1710091510657)
2. FATIKA NADIRA
(1710091510666)
S1
AKUNTANSI V/A
DOSEN PEMBIMBING: WADRI WAHYU, SE, M. Ak
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) - BANGKINANG
BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, puja
dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas semua
limpahan nikmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam tercurahkan kepada
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia istimewa yang
seluruh perilakunya layak diteladani.
Makalah ini dibuat dalam
rangka mengikuti Program Pembelajaran Audit
Eksternal mengenai Strategi Audit dan Program Audit secara Keseluruhan.
Banyak kesulitan dan
hambatan yang penulis hadapi dalam membuat makalah ini tetapi dengan semangat
dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis
mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik dan tepat pada waktunya, oleh
karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu
Wadri Wahyu, SE, M. Ak selaku Dosen Pengajar.
Penulis menyimpulkan bahwa
makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan
kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat khususnya bagi Penulis dan
Pembaca pada umumnya.
Bangkinang Kota, 20 Desember 2019
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 3
1.1
Latar Belakang............................................................................................. 3
1.2
Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3
Tujuan Penulisan........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1
Jenis Pengujian............................................................................................. 4
2.2
Memilih Jenis Pengujian yang akan Dilaksanakan........................................... 9
2.3
Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit................................ 13
2.4
Bauran Bukti................................................................................................ 14
2.5
Perancangan Program Audit......................................................................... 16
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 20
3.1
Kesimpulan.................................................................................................. 20
3.2
Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Keseluruhan perencanaan audit
dan program audit merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit.
Langkah yang paling penting ini akan menentukan keseluruhan program audit yang
diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsur-unsur
yang dipilih, serta waktunya. Hal yang
berkaitan dengan pentingnya membuat keputusan yang tepat dalam membentuk
perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu program audit
yang terperinci, dengan mempertimbangkan efektivitas bukti maupun efisiensi
audit.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai
berikut:
1.
Apa saja jenis-jenis pengujian?
2.
Bagaimana memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilaksanakan?
3.
Apa yang dimaksud dengan bauran bukti?
4.
Bagaimana merancang program audit?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui jenis-jenis pengujian.
2. Untuk
mengetahui cara memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilaksanakan.
3. Untuk
mengetahui dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit.
4. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan bukti gabungan.
5. Untuk
mengetahui cara merancang program audit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis
Pengujian
Dalam
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis
pengujian (types of tests) untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor
menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah saji yang
material, yang merupakan gabungan dari risiko inheren dan risiko pengendalian.
Keempat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) yang
dilaksanakan sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi. Setiap prosedur audit termasuk
dalam salah satu dan kadang-kadang lebih dari satu dari kelima kategori
tersebut. Pengujian pengendalian dilaksanakan untuk mendukung
pengurangan penilaian risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan
prosedur analitis dan pengujian atas rincian saldo untuk memenuhi risiko
deteksi yang direncanakan. Pengujian substansi atas transaksi akan mempengaruhi
baik risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena hal
itu digunakan untuk menguiji efektivitas pengendalian internal dan jumlah dolar
transaksi.
1. Prosedur Penilaian Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan klien. Secara kolektif, prosedur yang
dilaksanakan untuk memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internal, merupakan prosedur penilaian risiko auditor.
Prosedur penilaian risiko dilaksanakan untuk menilai risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan
pengujian atas rincian saldo sebagai respons terhadap penilaian auditor atas
risiko salah saji yang material. Gabungan dari keempat jenis prosedur audit
selanjutnya akan memberikan dasar bagi pendapat auditor. Sebagian besar
prosedur penilaian risiko auditor dilakukan untuk memahami pengendalian
internal dan berfokus pada aspek perancangan maupun implementasi pengendalian
internal dan digunakan untuk menilai risiko pengendalian pada setiap tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi.
2. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor pengendalian internal digunakan untuk
menilai risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi. Contohnya adalah penilaian tujuan untuk keakuratan untuk transaksi
penjualan sebagai bernilai rendah dan tujuan keterjadian sebagai bernilai
sedang. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian dianggap telah dirancang
secara efektif, auditor akan menilai risiko pengendalian pada tingkat yang
mencerminkan keefektifan relatif pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti
yang tepat dan mencukupi guna mendukung penilajan itu, auditor melaksanakan
pengujian pengendalian (test of controls).
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun
terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut.
§ Meminta
keterangan dari personil klien yang tepat.
§ Memeriksa
dokumen, catatan, dan laporan.
§ Mengamati
aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian.
§ Melaksanakan
ulang prosedur klien.
Auditor melaksanakan walkthrough(penelusuran)
sistem sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman guna
membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan semestinya.
Biasanya walkthrough diterapkan pada
satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi itu melewati keseluruhan
proses. Sebagai contoh, auditor dapat memilih satu transaksi penjualan untuk walkthrough sistem dari proses
persetujuan kredit, kemudian mengikuti proses persetujuan kredit itu dari awal
transaksi penjualan sampai pemberian kredit.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah
pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas sampel
transaksi. Sebagai pengujian atas efektivitas pelaksanaan proses persetujuan
kredit, misalnya auditor dapat memeriksa sampel sebanyak 50 transaksi penjualan
selama tahun bersangkutan untuk menentukan apakah kredit telah diberikan
sebelum barang dikirimkan. Prosedur untuk memahami pengendalian internal
biasanya tidak memberikan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa pengendalian telah
beroperasi secara efektif. Suatu pengecualian dapat diberlakukan untuk
pengendalian yang terotomatisasi karena kinerjanya sudah konsisten. Prosedur
yang ditempuh auditor untuk menentukan apakah pengendalian yang terotomatisasi
telah diimplementasikan juga berlaku sebagai pengujian atas pengendalian
tersebut, jika auditor menentukan ada risiko yang minimal bahwa pengendalian
yang terotomatisasi telah diubah sejak pemahaman diperoleh. Jadi, tidak ada
pengujian pengendalian tambahan yang akan diperlukan. Jumlah bukti tambahan
yang diperlukan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal:
1.
Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian
internal
2.
Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan
Jika auditor memverifikasi bahwa transaksi penjualan dan
penerimaan kas telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi dan diposting
ke buku besar, mereka dapat menyimpulkan bahwa saldo akhir piutang usaha dan
penjualan sudah benar. (Transaksi pengeluaran kas harus diaudit sebelum auditor
dapat membuat kesimpulan tentang saldo akhir akun kas.). Salah satu cara yang
dapat ditempuh auditor untuk memverifikasi pencatatan transaksi ini adalah
dengan melaksanakan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah
diberlakukan atas transaksi penjualan dan penerimaan kas, auditor dapat
melaksanakan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi untuk siklus itu
3. Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk
menguji salah saji dolar (sering disebut salah saji moneter) yang secara
langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor dapat
mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif : pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rincian saldo.
Pengujian substantif atas transaksi (substantive of transactions) digunakan untuk menentukan apakah
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas
transaksi.
Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian secara
terpisah dari semua pengujian lainnya, tetapi sering kali lebih efisien
melakukannya secara bersamaan dengan pengujian substantif atas transaksi.
Sebagai contoh, biasanya auditor dapat menerapkan pengujian pengendalian yang
melibatkan dokumentasi dan pelaksanaan ulang pada transaksi yang sama, yang
diuji untuk salah saji moneter. (Pelaksanaan ulang secara serentak menyediakan
bukti tentang pengendalian maupun kebenaran moneter).
4. Prosedur Analitis
Prosedur Analitis(analytical
procedures) melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan
yang dikembangkan oleh auditor. Standar auditing mengharuskan hal itu dilakukan
selama perencanaan dan penyelesaian audit. Meskipun tidak disyaratkan, prosedur
analitis juga dapat dilaksanakan pada audit saldo akun. Dua tujuan yang paling
penting dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah:
1.
Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan
keuangan.
2.
Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap perencanaan
biasanya berbeda dengan yang dilaksanakan dalam tahap pengujian. Sebagai
contoh, meskipun menghitung marjin kotor selama tahap perencanaan, auditor
mungkins melakukannya dengan menggunakan data interim. Nanti, selama pengujian
saldo akhir, auditor akan mengkalkulasi kembali rasio itu dengan menggunakan
data setahun penuh. Jika merasa yakin bahwa prosedur analitis menunjukkan
kemungkinan salah saji yang layak, auditor dapat melaksanakan prosedur analitis
tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian rincian saldo.
Apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan
prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu klien
terlihat layak, pengujian rincian saldo tertentu mungkin diabaikan atau ukuran
sampel dikurangi. Standar auditing menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan
jenis pengujian substantif (diacu sebagai prosedur analitis substantif),
apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun. Seberapa besar
auditor mungkin bersedia mengandalkan prosedur analitis substantif untuk
mendukung saldo akun akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketepatan
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor, materialitas, dan risiko salah saji
yang material.
5. Pengujian Rincian Saldo
Pengujian rincian saldo (tests
of details of balances) berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun neraca maupun laporan laba-rugj. Penekanan utamanya dalam sebagian besar
pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Contohnya meliputi konfirmasi saldo
pelanggan menyangkut piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan
pemeriksaan laporan vendor tentang utang usaha. Pengujian atas saldo akhir ini
sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen
dengan klien, dan dianggap sangat dapat dipercaya. Hampir sama dengan semua
transaksi, pengujian rincian saldo yang dilakukan auditor harus memenuhi semua
tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun neraca yang
signifikan.
Pengujian rincian saldo dapat membantu menetapkan kebenaran
moneter akun-akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian
substantif. Sebagai contoh, konfirmasi menguji salah saji moneter piutang usaha
dan karenanya merupakan pengujian substantif. Demikian pula, perhitungan
persediaan dan kas yang ada di tangan juga merupakan pengujian
substantif.
2.2 Memilih
Jenis Pengujian yang akan Dilaksanakan
Biasanya
auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan
keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan, tergantung pada
situasinya. Ingatlah bahwa prosedur penilaian risiko sangat diperlukan dalam
semua audit untuk menilai risiko salah saji yang material, sementara keempat
jenis pengujian lainnya dilaksanakan sebagai respons terhadap risiko yang
diidentifikasi untuk memberikan dasar bagi pendapat auditor. Perhatikan juga
bahwa hanya prosedur penilaian risiko, terutama prosedur untuk memahami
pengendalian, dan pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis
pengujian yang akan dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya
relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan
risiko inheren.
a) Ketersediaan jenis bukti untuk prosedur audit selanjutnya
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit selanjutnya
hanya melibatkan jenis bukti tertentu (konfirmasi, dokumentasi, dan
sebagainya). Tabel 13-1 mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit
selanjutnya dan jenis bukti.
Tabel 13-1 Hubungan Antara Prosedur Audit Selanjutnya dan Bukti
|
||||||||
Prosedur Audit Selanjutnya
|
P
emeriksaan
Fisik
|
Konfirmasi
|
Inspeksi
|
Pengamatan
|
Tanya-Jawab
dengan Klien
|
Pelaksanaan
Ulang
|
Prosedur
Analitis
|
Rekalkulasi
|
Pengujian pengendalian (termasuk
prosedur untuk memahami pengendalian internal)
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
Pengujian substantif atas transaksi
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||
Prosedur analitis
|
√
|
√
|
||||||
Pengujian rincian saldo
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Kita dapat melakukan beberapa pengamatan atas tabel itu:
§ Lebih banyak
jenis bukti, enam jumlahnya, yang digunakan untuk pengujian rincian saldo
ketimbang jenis pengujian lainnya.
§ Hanya pengujian
rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
§ Tanya jawab
dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
§ Inspeksi digunakan
dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitik.
§ Pelaksanaan
ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan
satu pengecualian. Auditor dapat melaksanakan ulang pengendalian sebagai bagian
dari walkthrough transaksi atau untuk
pengujian pengendalian yang tidak didukung oleh bukti dokumenter yang
mencukupi.
§ Rekalkulasi digunakan untuk memverifikasi keakuratan
matematis transaksi apabila melaksanakan penjualan substantif atas transaksi
dan saldo akun ketika melaksanakan pengujian rincian saldo.
b) Biaya Relatif
Ketika auditor harus
memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuj mendapatkan bukti
yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis pengujian
yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya dari yang terendah
sampai ke yang tertinggi.
· Prosedur analitis
· Prosedur penilaian resiko
termasuk prosedur untuk mendapat pemahaman atas pengendalian internal
· Pengujian pengendalian
· Pengujian substantif transaksi
· Pengujian terperinci saldo
Prosedur analitis memakan
biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah sedangkan prosedur
penilaian resiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat
dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan
prosedur analitis. Namun demikian pengujian pengendalian juga lebih mahal
dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas daripada
pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah
berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pengendalian internal
tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Pengujian substantif transaksi lebih
mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatkan
pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan
ulang dan penelusuran. Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal
dibandingkan dengan jenis prosedur lainnya, biaya prosedur seperti pengiriman
konfirmasi dan perhitungan persediaan.
c) Hubungan antara pengujian pengendalian dan pengujian
substantif
Suatu pengecualian dalam pegujian
pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengarihui
nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam
pengjuian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu
salah saji dalam laporan keuangan.
Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi uji pengendalian. Karena kebutuhan untuk
menyelesaikan beberpa pengujian pengerjaan dan penghitungan
ulang, banyak auditor
yang melakukannya sebagai bagian dari pengujian
atas pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka
mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran
sampel total yang diperlukan.
d) Hubungan antara prosedur analitis dan pengujian
substantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah
laporan keuangan. Ketika
prosedur analitis mengidentifikasikan
fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan
pengujian substanif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk
menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan
prosedur analitis substantif dan meyakini
bahwa kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantif
lainnya dapat dikurangi.
e) Trade-off antara pengujian pengendalian
dan pengujian substantif
Auditor membuat keputusan selama
perencanaan apakah akan menetapkan
risiko pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus
dilakukan untuk menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan akan
dibenarkan.
Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum,
resiko penemuan yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan
sehingga pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi.
2.3 Dampak
Teknologi Informasi terhadap Pengujian Audit
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar
bukti
audit
muncul
dalam
bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi
resiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan melakukan pengujian
subtantif. Contoh, kemungkinan pemasukan atas perubahan informasi
yang tidak tepat dapat menjadi lebih
besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi itu,
auditor harus melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang
mendukung tingkat resiko pengendalian yang dinilai
berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan
yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor dapat
secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil
pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian.
Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan komputer
(pengendalian otomatis) harus diuji
auditor jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi
kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam
pemrosesan yang berdasarkan teknologi
informasi, auditor mungkin dapat mengurangi pengujian pengendalian
otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir
dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah.
Untuk pengujian pengendalian otomatis atau
data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang dibantu oleh komputer atau
menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji
efektivitas pengendalian umum teknologi
informasi seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian
atas akses. Ketika auditor menguji pengendalian manual yang berdasarkan pada
laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus
mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelaahan manajemen maupun
pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.
2.4 Bauran
Audit
Memilih jenis pengujian mana yang akan
digunakan dan seberapa ekstensif pengujian itu harus dilaksanakan dapat sangat
bervariasi di antara audit dengan tingkat efektivitas pengendalian internal dan
risiko inheren yang berbeda. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi
dari satu siklus ke siklus lain. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan
mencukupi sebagai respons terhadap resiko yang diidentifikasi melalui prosedur
penilaian resiko, auditor menggunakan
kombinasi dari empat jenis
pengendalian yang selanjutnya.
Kombinasi ini sering disebut bauran bukti (evidence
mix), yang digambarkan pada Tebel 13-2, bagi empat audit yang berbeda.
Dalam setiap audit, harus dapat menentukan uraian tentang klien dari bauran
bukti pada Tabel 13-2.

Klien ini
merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan resiko bawaan rendah. Sehingga, auditor
melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada
pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian subtanstif lainnya.
Hal ini
menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan
dala audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan
keuangan perusahaan publik.

Perusahaan
ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa
resiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas
semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif yang
kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas
yang akan dibutuhka jika resiko bawaan yang khusus ditemukan.

Perusahaan
ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang
efektif dan beberapa resiko bawaan
yang signifikan. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif, kita dapat menganggap
perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Tidak ada pengujian atas
pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian internal tidak tepat ketika pengendaliannya
tidak efektif untuk suatu perusahaan non publik.
Auditor
menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif
transaksi, namun beberapa prosedur
analitis substantif juga dilakukan. Jika auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji
material dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak murah
karena jumlah pengujian substantif yang lebih
terperinci.

Rencana awal
untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2.
Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan
salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan
prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimplkan bahwa pengendalian
internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan
untuk menutupi hasil pengujian lainnya
yang tidak dapat diterima.
Tabel
13-2 Variasi Bauran Bukti
|
||||
Pengujian Pengendalian
|
Pengujian Substantif atas Transaksi
|
Prosedur Analitis
|
Pengujian Rincian Saldo
|
|
Audit 1
|
E
|
S
|
E
|
S
|
Audit 2
|
M
|
M
|
E
|
M
|
Audit 3
|
N
|
E
|
M
|
E
|
Audit 4
|
M
|
E
|
E
|
E
|
E=jumlah pengujian yang ekstensif S=jumlah pengujian kecil
M=jumlah pengujian sedang N=tidak ada
pengujian
2.5 Perancangan
Audit
Perancangan
program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan yang
berkaitan dengan transaksi. Auditor juga merancang audit untuk memenuhi tujuan
audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Program audit berisi
prosedur penilaian resiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit bagi kebanyakan audit juga dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis substansif, dan
pengujian rincian saldo.
a)
Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi biasanya meliputi bagian deskriptif yang
mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian
internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Auditor
menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Prosedur audit tersebut meliputi pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi tergantung pada penilaian
risiko pengendalian. Apabila pengendalian
sudah efektif dan risiko
pengendalian dinilai rendah,
auditor sangat menekankan pada pengujian pengendalian.
Jika risiko pengendalian dinilai
maksimum, hanya pengujian substantif atas
transaksi yang akan
digunakan, dengan asumsi
audit itu dilakukan atas perusahaan nonpublik.
Prosedur Audit
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk
mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan:
§ Memberlakukan
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi yang diuji.
§ Mengidentifikasi
pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
§ Mengembangkan
pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian
pendahuluan atas risiko pengendalian bawah maksimum.
§ Merancang pengujian substantif atas transaksi yang tepat dengan mempertimbangkan defisiensi dalam
pengendalian internal.
b)
Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilaksanakan selama
pengujian substantif, seperti audit
piutang usaha, biasanya
lebih terfokus dan lebih ekstensif
ketimbang yang dilakukan
sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentasi marjin kotor
untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif atas piutang
usaha, auditor mengkalkulasi
presentase marjin kotor per bulan atau
per lini bisnis, atau keduanya.
·
Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
·
Menetapkan salah saji yang dapat
ditoleransi dan menilai risiko inheren piutang usaha.
·
Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
·
Merancang dan melaksanakan pengujian
pengendalian serta pengujian substantif atas
transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
·
Merancang dan melaksanakan prosedur
analitis untuk saldo piutang usaha.Merancang
pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo.
c)
Program audit ilustratif
Program audit ilustratif dikembangkan
setelah mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pengujian rincian saldo
dan didasarkan pada beberapa asumsi tentang risiko inheren, risiko
pengendalian, dan hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, serta prosedur analitis substantif.
d)
Hubungan
tujuan audit yang berkaitan dengan
transaksi dan tujuan
audit yang berkaitan dengan
saldo serta penyajian dan pengungkapan. Tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo:
§ Nilai
yang dapat direalisasikan
§ Hak
dan kewajiban
Hubungan antara prosedur audit yang
dilaksanakan untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan
tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo. Auditor melaksanakan
prosedur audit untuk mendapatkan assurance atau keyakinan tentang empat tujuan
audit yang berkaitan dengan penyaian dan pengungkapan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fase dari
proses audit yaitu merencanakan dan merancang suatu pendekatan
audit, menjalankan tes pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi,
menjalankan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, serta melengkapi
audit dan menerbitkan suatu laporan.
Jenis
pengujian yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan dapat dinyatakan
secara wajar yaitu prosedur untuk
memperoleh pemahaman atas prosedur pengukuran risiko, pengujian atas pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
Jenis
bukti atau kategori besar dari bukti yang
digunakan oleh auditor yaitu pemeriksaan fisik, konfirmasi,
dokumentasi, prosedur analitis, pengamatan, pemeriksaan
klien dan pelaksanaan ulang.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritikan yang
lebih mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Dan juga penulis
menyarankan kepada pembaca untuk banyak membaca buku mengenai auditing
khususnya tentang strategi dan program audit keseluruhan dan mendapat ilmu
lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark
S. Beasley. 2015. Auditing dan Jasa. Assurance
Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi Lima Belas-Jakarta. Erlangga.
https://id.scribd.com/document/396967451/Makalah-Pengauditan-Strategi-Audit-Keseluruhan-Dan-Program-Audit. Diunduh pada
https://id.scribd.com/doc/208667381/JENIS-PENGUJIAN. Diunduh pada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar