GALERI KU HAL YANG MEMBUATKU SANGAT SENANG KETIKA DIWAKTU LUANG MENGENANG MASA SEKOLAH
Widget Animasi

Kamis, 20 Februari 2020

Makalah Audit Eksternal : Strategi Audit


MAKALAH
AUDIT EKSTERNAL
“STRATEGI AUDIT  DAN PROGRAM AUDIT SECARA KESELURUHAN”


DISUSUN OLEH : KELOMPOK VI
1. MAWADDA TURAHMA (1710091510657)
2. FATIKA NADIRA (1710091510666)

S1 AKUNTANSI V/A

DOSEN PEMBIMBING: WADRI WAHYU, SE, M. Ak
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) - BANGKINANG
BANGKINANG
TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, puja dan puji hanya layak tercurahkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas semua limpahan nikmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, manusia istimewa yang seluruh perilakunya layak diteladani.
Makalah ini dibuat dalam rangka mengikuti Program Pembelajaran Audit Eksternal mengenai Strategi Audit dan Program Audit secara Keseluruhan.
Banyak kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi dalam membuat makalah ini tetapi dengan semangat dan kegigihan serta arahan, bimbingan dari berbagai pihak sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas mandiri ini dengan baik dan tepat pada waktunya, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Wadri Wahyu, SE, M. Ak selaku Dosen Pengajar.
Penulis menyimpulkan bahwa makalah ini masih belum sempurna, oleh karena itu Penulis menerima saran dan kritik, guna kesempurnaan makalah ini dan bermanfaat khususnya bagi Penulis dan Pembaca pada umumnya.

Bangkinang Kota, 20 Desember 2019

PENULIS





DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................... 1
DAFTAR ISI........................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 3
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 4
2.1 Jenis Pengujian............................................................................................. 4
2.2 Memilih Jenis Pengujian yang akan Dilaksanakan........................................... 9
2.3 Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit................................ 13
2.4 Bauran Bukti................................................................................................ 14
2.5 Perancangan Program Audit......................................................................... 16
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 20
3.2 Saran........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21





BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Keseluruhan perencanaan audit dan program audit merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini akan menentukan keseluruhan program audit yang diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsur-unsur yang dipilih, serta waktunya. Hal yang berkaitan dengan pentingnya membuat keputusan yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci, dengan mempertimbangkan efektivitas bukti maupun efisiensi audit.
1.2         Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apa saja jenis-jenis pengujian?
2.    Bagaimana memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilaksanakan?
3.    Apa yang dimaksud dengan bauran bukti?
4.    Bagaimana merancang program audit?

1.3         Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui jenis-jenis pengujian.
2.    Untuk mengetahui cara memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilaksanakan.
3.    Untuk mengetahui dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit.
4.    Untuk mengetahui yang dimaksud dengan bukti gabungan.
5.    Untuk mengetahui cara merancang program audit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Jenis Pengujian
Dalam mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, auditor menggunakan lima jenis pengujian (types of tests) untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah saji yang material, yang merupakan gabungan dari risiko inheren dan risiko pengendalian. Keempat jenis pengujian lainnya merupakan prosedur audit selanjutnya (further audit procedures) yang dilaksanakan sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi. Setiap prosedur audit termasuk dalam salah satu dan kadang-kadang lebih dari satu dari kelima kategori tersebut. Pengujian pengendalian dilaksanakan untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur analitis dan pengujian atas rincian saldo untuk memenuhi risiko deteksi yang direncanakan. Pengujian substansi atas transaksi akan mempengaruhi baik risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang direncanakan, karena hal itu digunakan untuk menguiji efektivitas pengendalian internal dan jumlah dolar transaksi. 
1.    Prosedur Penilaian Risiko
Standar auditing mengharuskan auditor memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan klien. Secara kolektif, prosedur yang dilaksanakan untuk memahami entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal, merupakan prosedur penilaian risiko auditor.

Prosedur penilaian risiko dilaksanakan untuk menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Auditor melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian atas rincian saldo sebagai respons terhadap penilaian auditor atas risiko salah saji yang material. Gabungan dari keempat jenis prosedur audit selanjutnya akan memberikan dasar bagi pendapat auditor. Sebagian besar prosedur penilaian risiko auditor dilakukan untuk memahami pengendalian internal dan berfokus pada aspek perancangan maupun implementasi pengendalian internal dan digunakan untuk menilai risiko pengendalian pada setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
2.    Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor pengendalian internal digunakan untuk menilai risiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Contohnya adalah penilaian tujuan untuk keakuratan untuk transaksi penjualan sebagai bernilai rendah dan tujuan keterjadian sebagai bernilai sedang. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian dianggap telah dirancang secara efektif, auditor akan menilai risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi guna mendukung penilajan itu, auditor melaksanakan pengujian pengendalian (test of controls).
Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut.
§  Meminta keterangan dari personil klien yang tepat.
§  Memeriksa dokumen, catatan, dan laporan.
§  Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian.
§  Melaksanakan ulang prosedur klien.

Auditor melaksanakan walkthrough(penelusuran) sistem sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman guna membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan semestinya. Biasanya walkthrough diterapkan pada satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi itu melewati keseluruhan proses. Sebagai contoh, auditor dapat memilih satu transaksi penjualan untuk walkthrough sistem dari proses persetujuan kredit, kemudian mengikuti proses persetujuan kredit itu dari awal transaksi penjualan sampai pemberian kredit.
Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan apakah pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas sampel transaksi. Sebagai pengujian atas efektivitas pelaksanaan proses persetujuan kredit, misalnya auditor dapat memeriksa sampel sebanyak 50 transaksi penjualan selama tahun bersangkutan untuk menentukan apakah kredit telah diberikan sebelum barang dikirimkan. Prosedur untuk memahami pengendalian internal biasanya tidak memberikan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa pengendalian telah beroperasi secara efektif. Suatu pengecualian dapat diberlakukan untuk pengendalian yang terotomatisasi karena kinerjanya sudah konsisten. Prosedur yang ditempuh auditor untuk menentukan apakah pengendalian yang terotomatisasi telah diimplementasikan juga berlaku sebagai pengujian atas pengendalian tersebut, jika auditor menentukan ada risiko yang minimal bahwa pengendalian yang terotomatisasi telah diubah sejak pemahaman diperoleh. Jadi, tidak ada pengujian pengendalian tambahan yang akan diperlukan. Jumlah bukti tambahan yang diperlukan untuk pengujian pengendalian tergantung pada dua hal:
1.      Luas bukti yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
2.      Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan


Jika auditor memverifikasi bahwa transaksi penjualan dan penerimaan kas telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi dan diposting ke buku besar, mereka dapat menyimpulkan bahwa saldo akhir piutang usaha dan penjualan sudah benar. (Transaksi pengeluaran kas harus diaudit sebelum auditor dapat membuat kesimpulan tentang saldo akhir akun kas.). Salah satu cara yang dapat ditempuh auditor untuk memverifikasi pencatatan transaksi ini adalah dengan melaksanakan pengujian pengendalian. Jika pengendalian telah diberlakukan atas transaksi penjualan dan penerimaan kas, auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi untuk siklus itu
3.    Pengujian Substantif atas Transaksi
Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji dolar (sering disebut salah saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor dapat mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif : pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian rincian saldo.
Pengujian substantif atas transaksi (substantive of transactions) digunakan untuk menentukan apakah tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi.
Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian lainnya, tetapi sering kali lebih efisien melakukannya secara bersamaan dengan pengujian substantif atas transaksi. Sebagai contoh, biasanya auditor dapat menerapkan pengujian pengendalian yang melibatkan dokumentasi dan pelaksanaan ulang pada transaksi yang sama, yang diuji untuk salah saji moneter. (Pelaksanaan ulang secara serentak menyediakan bukti tentang pengendalian maupun kebenaran moneter).

4.    Prosedur Analitis
Prosedur Analitis(analytical procedures) melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Standar auditing mengharuskan hal itu dilakukan selama perencanaan dan penyelesaian audit. Meskipun tidak disyaratkan, prosedur analitis juga dapat dilaksanakan pada audit saldo akun. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah:
1.      Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan.
2.      Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap perencanaan biasanya berbeda dengan yang dilaksanakan dalam tahap pengujian. Sebagai contoh, meskipun menghitung marjin kotor selama tahap perencanaan, auditor mungkins melakukannya dengan menggunakan data interim. Nanti, selama pengujian saldo akhir, auditor akan mengkalkulasi kembali rasio itu dengan menggunakan data setahun penuh. Jika merasa yakin bahwa prosedur analitis menunjukkan kemungkinan salah saji yang layak, auditor dapat melaksanakan prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk memodifikasi pengujian rincian saldo.
Apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu klien terlihat layak, pengujian rincian saldo tertentu mungkin diabaikan atau ukuran sampel dikurangi. Standar auditing menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan jenis pengujian substantif (diacu sebagai prosedur analitis substantif), apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun. Seberapa besar auditor mungkin bersedia mengandalkan prosedur analitis substantif untuk mendukung saldo akun akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketepatan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor, materialitas, dan risiko salah saji yang material.

5.    Pengujian Rincian Saldo
Pengujian rincian saldo (tests of details of balances) berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun neraca maupun laporan laba-rugj. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Contohnya meliputi konfirmasi saldo pelanggan menyangkut piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan vendor tentang utang usaha. Pengujian atas saldo akhir ini sangat penting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dapat dipercaya. Hampir sama dengan semua transaksi, pengujian rincian saldo yang dilakukan auditor harus memenuhi semua tujuan audit yang berkaitan dengan saldo bagi masing-masing akun neraca yang signifikan.
Pengujian rincian saldo dapat membantu menetapkan kebenaran moneter akun-akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai pengujian substantif. Sebagai contoh, konfirmasi menguji salah saji moneter piutang usaha dan karenanya merupakan pengujian substantif. Demikian pula, perhitungan persediaan dan kas yang ada di tangan juga merupakan pengujian substantif. 
2.2     Memilih Jenis Pengujian yang akan Dilaksanakan
Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas laporan keuangan, tetapi ada jenis tertentu yang lebih ditekankan, tergantung pada situasinya. Ingatlah bahwa prosedur penilaian risiko sangat diperlukan dalam semua audit untuk menilai risiko salah saji yang material, sementara keempat jenis pengujian lainnya dilaksanakan sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi untuk memberikan dasar bagi pendapat auditor. Perhatikan juga bahwa hanya prosedur penilaian risiko, terutama prosedur untuk memahami pengendalian, dan pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih, termasuk ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal, dan risiko inheren.
a)    Ketersediaan jenis bukti untuk prosedur audit selanjutnya
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit selanjutnya hanya melibatkan jenis bukti tertentu (konfirmasi, dokumentasi, dan sebagainya). Tabel 13-1 mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit selanjutnya dan jenis bukti.
Tabel 13-1 Hubungan Antara Prosedur Audit Selanjutnya dan Bukti
Prosedur Audit Selanjutnya
P

emeriksaan Fisik
Konfirmasi
Inspeksi
Pengamatan
Tanya-Jawab dengan Klien
Pelaksanaan Ulang
Prosedur Analitis
Rekalkulasi
Pengujian pengendalian (termasuk prosedur untuk memahami pengendalian internal)




Pengujian substantif atas transaksi




Prosedur analitis






Pengujian rincian saldo


Kita dapat melakukan beberapa pengamatan atas tabel itu:
§  Lebih banyak jenis bukti, enam jumlahnya, yang digunakan untuk pengujian rincian saldo ketimbang jenis pengujian lainnya.
§  Hanya pengujian rincian saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan konfirmasi.
§  Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
§  Inspeksi digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitik.
§  Pelaksanaan ulang digunakan dalam setiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis, dengan satu pengecualian. Auditor dapat melaksanakan ulang pengendalian sebagai bagian dari walkthrough transaksi atau untuk pengujian pengendalian yang tidak didukung oleh bukti dokumenter yang mencukupi.
§  Rekalkulasi digunakan untuk memverifikasi keakuratan matematis transaksi apabila melaksanakan penjualan substantif atas transaksi dan saldo akun ketika melaksanakan pengujian rincian saldo. 

b)    Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih untuj mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk dipertimbangkan. Jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut berdasarkan urutan biaya dari yang terendah sampai ke yang tertinggi.
·      Prosedur analitis
·      Prosedur penilaian resiko termasuk prosedur untuk mendapat pemahaman atas pengendalian internal
·      Pengujian pengendalian
·      Pengujian substantif transaksi
·      Pengujian terperinci saldo
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah sedangkan prosedur penilaian resiko tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis. Namun demikian pengujian pengendalian juga lebih mahal dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas daripada pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Pengujian substantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal dibandingkan dengan jenis prosedur lainnya, biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan perhitungan persediaan.
c)    Hubungan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif
Suatu pengecualian dalam pegujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji yang mempengarihui nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu pengecualian dalam pengjuian substantif transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan deviasi uji pengendalian. Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberpa pengujian pengerjaan dan penghitungan ulang,  banyak  auditor  yang melakukannya sebagai  bagian  dari pengujian atas pengendalian awal. Auditor-auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil dari pengujian pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang diperlukan.
d)    Hubungan antara prosedur analitis dan pengujian substantif
Seperti      halnya pengujian           pengendalian, prosedur analitis hanya    mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah laporan keuangan. Ketika prosedur analitis  mengidentifikasikan fluktuasi yang tidak biasa, auditor harus melakukan  pengujian substanif transaksi atau pengujian terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar-benar telah terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis substantif dan meyakini bahwa kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantif lainnya  dapat dikurangi.
e)    Trade-off antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif
Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan    menetapkan risiko pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilakukan untuk menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan akan dibenarkan.
Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah maksimum, resiko penemuan yang direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan sehingga pengujian substantif yang direncanakan dapat dikurangi.
2.3     Dampak Teknologi Informasi terhadap Pengujian Audit
Standar  audit  mengakui bahwa  ketika  sejumlah  besar  bukti  audit  muncul  dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi resiko deteksi hingga ke tingkat yang dapat diterima dengan melakukan pengujian subtantif. Contoh, kemungkinan pemasukan atas perubahan  informasi  yang  tidak  tepat  dapat  menjadi lebih besar jika informasi hanya disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi itu, auditor harus melakukan pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat resiko pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif masih dibutuhkan, auditor  dapat secara signifikan mengurangi pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas pengendalian.
Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang dilakukan komputer (pengendalian otomatis)  harus diuji auditor jika auditor menganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan. Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang  berdasarkan teknologi informasi, auditor mungkin dapat  mengurangi pengujian pengendalian otomatis. Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir dipastikan berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah.

Untuk pengujian pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin  memerlukan  teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektivitas pengendalian  umum  teknologi  informasi seperti pengendalian untuk perubahan program dan pengendalian atas akses. Ketika auditor menguji pengendalian manual yang berdasarkan pada laporan yang dihasilkan oleh teknologi informasi, auditor harus mempertimbangkan baik efektivitas hasil penelaahan manajemen maupun pengendalian terhadap akurasi informasi dalam laporan tersebut.
2.4     Bauran Audit
Memilih jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa ekstensif pengujian itu harus dilaksanakan dapat sangat bervariasi di antara audit dengan tingkat efektivitas pengendalian internal dan risiko inheren yang berbeda. Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lain. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi sebagai respons terhadap resiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian resiko, auditor menggunakan  kombinasi dari empat jenis pengendalian yang selanjutnya. Kombinasi ini sering disebut bauran bukti (evidence mix), yang digambarkan pada Tebel 13-2, bagi empat audit yang berbeda. Dalam setiap audit, harus dapat menentukan uraian tentang klien dari bauran bukti pada Tabel 13-2.
*       Analisis audit 1
Klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan pengendalian internal yang rumit dan resiko bawaan rendah. Sehingga, auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi  pengujian  subtanstif lainnya.
Hal ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo diminimalkan. Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dala audit terintegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan perusahaan publik.


*        Analisis audit 2
Perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian dan beberapa resiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis substantif yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak pengujian yang luas yang akan dibutuhka jika resiko bawaan yang khusus ditemukan.
*       Analisis audit 3
Perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa resiko bawaan yang signifikan. Karena kurangnya pengendalian internal  yang efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik. Tidak ada pengujian atas pengendalian yang dilakukan karena bergantung pada pengendalian  internal tidak tepat ketika pengendaliannya tidak efektif untuk suatu perusahaan non publik.
Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo dan pengujian substantif transaksi,  namun beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan. Jika auditor sudah  memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak murah karena jumlah pengujian substantif yang lebih terperinci.
*       Analisis audit 4
Rencana awal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor menyimplkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya  yang tidak dapat diterima.
Tabel 13-2 Variasi Bauran Bukti

Pengujian Pengendalian
Pengujian Substantif atas Transaksi
Prosedur Analitis
Pengujian Rincian Saldo
Audit 1
E
S
E
S
Audit 2
M
M
E
M
Audit 3
N
E
M
E
Audit 4
M
E
E
E
E=jumlah pengujian yang ekstensif  S=jumlah pengujian kecil
M=jumlah pengujian sedang                              N=tidak ada pengujian
2.5     Perancangan Audit
Perancangan program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan yang berkaitan dengan transaksi. Auditor juga merancang audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Program audit berisi prosedur penilaian resiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan, program audit bagi kebanyakan audit juga dirancang dalam tiga bagian tambahan: pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis substansif, dan pengujian rincian saldo.


a)    Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan pemahaman atas pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan prosedur penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif  atas transaksi. Prosedur audit tersebut meliputi pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, yang bervariasi tergantung pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian  sudah  efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor sangat menekankan pada pengujian pengendalian. Jika risiko pengendalian dinilai maksimum, hanya pengujian substantif atas   transaksi   yang   akan   digunakan,   dengan   asumsi   audit   itu   dilakukan  atas perusahaan nonpublik.
Prosedur Audit
Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan:
§  Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada kelas transaksi yang diuji.
§  Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.
§  Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat bagi semua pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian pendahuluan atas risiko pengendalian bawah maksimum.
§  Merancang     pengujian          substantif          atas transaksi yang tepat dengan mempertimbangkan defisiensi dalam pengendalian internal.
b)   Prosedur Analitis
Prosedur analitis dilaksanakan selama pengujian substantif, seperti audit  piutang  usaha, biasanya lebih terfokus dan lebih ekstensif ketimbang yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi persentasi marjin kotor untuk total penjualan, sementara selama pengujian substantif atas piutang usaha, auditor mengkalkulasi presentase marjin kotor per bulan atau per  lini bisnis, atau keduanya.
·      Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi piutang usaha.
·      Menetapkan salah saji yang dapat ditoleransi dan menilai risiko inheren piutang usaha.
·      Menilai risiko pengendalian untuk siklus penjualan dan penagihan.
·      Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian serta pengujian substantif atas transaksi untuk siklus penjualan dan penagihan.
·      Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo piutang usaha.Merancang pengujian rincian saldo piutang usaha untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
c)    Program audit ilustratif
Program audit ilustratif dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor yang mempengaruhi pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa asumsi tentang risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, serta prosedur analitis substantif.

d)   Hubungan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo serta penyajian dan pengungkapan. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo:
§  Nilai yang dapat direalisasikan
§  Hak dan kewajiban
Hubungan antara prosedur audit yang dilaksanakan untuk memenuhi  tujuan  audit yang berkaitan dengan transaksi dan tujuan audit yang berkaitan dengan  saldo.  Auditor melaksanakan prosedur audit untuk mendapatkan assurance atau keyakinan tentang empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyaian dan pengungkapan.













BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
Fase dari proses audit yaitu merencanakan dan merancang suatu pendekatan audit, menjalankan tes pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, menjalankan prosedur analitis dan pengujian rincian saldo, serta melengkapi audit dan menerbitkan suatu laporan.
Jenis pengujian yang digunakan  auditor  untuk menentukan  apakah laporan keuangan dapat dinyatakan secara wajar yaitu  prosedur  untuk  memperoleh pemahaman atas prosedur pengukuran risiko, pengujian atas  pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas saldo.
Jenis bukti atau kategori besar dari bukti yang  digunakan  oleh  auditor yaitu pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur analitis, pengamatan, pemeriksaan klien dan pelaksanaan ulang.
3.2     Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritikan yang lebih mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan datang. Dan juga penulis menyarankan kepada pembaca untuk banyak membaca buku mengenai auditing khususnya tentang strategi dan program audit keseluruhan dan mendapat ilmu lebih.



DAFTAR PUSTAKA
Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan Jasa. Assurance Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi Lima Belas-Jakarta. Erlangga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar